Kisah cinta pertama Nabi Muhammad SAW yang bertepuk sebelah tangan dengan wanita bernama Ummu Hani atau dengan nama sebenarnya Fakhitah binti Abi Thalib bin Abdul Muttalib bin Hasyim bermula di Mekah pada zaman muda Baginda.
Ummu Hani merupakan seorang wanita yang cantik, anggun, dan memikat hati banyak lelaki di kalangan suku Quraisy. Baginda, pada masa itu belum lagi diangkat sebagai nabi, telah jatuh cinta pada Ummu Hani.
Ummu Hani memiliki hubungan keluarga yang dekat dengan Nabi Muhammad SAW, sebagai kakak dari Ali bin Abi Thalib, yang kemudian menjadi salah satu khalifah Islam yang terkenal.
Menurut catatan dalam buku “15 Wanita Saleh di Kehidupan Nabi” karya Alik al Adhim, Ummu Hani terkenal karena keberaniannya dan kesetiaannya terhadap Islam. Ummu Hani memutuskan untuk memeluk agama Islam pada saat kota Mekkah ditaklukkan oleh pasukan Muslim di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW.
Namun, keputusannya ini menyebabkan Ummu Hani ditinggalkan oleh suaminya yang tidak menerima agama baru yang dianutnya.
Terdahulu, ketika Baginda mengajukan lamaran kepadanya melalui ayahnya, Abu Thalib, Ummu Hani juga menerima lamaran dari seorang lelaki bernama Hubairah bin Abu Wahb bin Amr bin Aidz bin Imran bin Makhzum, seorang pembesar Bani Marmuqin.
Meskipun Nabi Muhammad menawarkan dirinya sebagai suami, Abu Thalib memilih menolak lamaran Rasulullah dan menikahkan Ummu Hani dengan Hubairah, demi menjaga hubungan baik dengan Bani Marmuqin. Dari pernikahan ini, Ummu Hani memiliki empat orang anak.
Setelah penaklukan Mekkah oleh Islam, Ummu Hani memilih untuk masuk Islam. Namun, suaminya yang tidak menerima keputusannya melarikan diri ke Yaman. Ummu Hani kemudian mendidik anak-anaknya seorang diri setelah kepergian suaminya.
Nabi Muhammad SAW, mengetahui keadaan Ummu Hani, kembali meminangnya sebagai istri agar anak-anaknya memiliki seorang ayah. Namun, Ummu Hani menolak lamaran tersebut karena khawatir akan mengabaikan anak-anaknya jika menikah dengan Nabi Muhammad. Meskipun ditolak, Nabi Muhammad tetap menghormati keputusannya.
Ummu Hani meninggal setelah kematian saudara laki-lakinya pada tahun 40 Hijriah. Selama hidupnya, dia meriwayatkan banyak hadits dari Nabi Muhammad SAW, menjadi sumber utama pengetahuan tentang ajaran Islam. Banyak ahli hadits terkemuka seperti Yahya bin Ja’far, Abu Shaleh, dan as-Sya’bi meriwayatkan hadits darinya, menegaskan statusnya sebagai seorang perawi hadits yang dipercayai dalam sejarah Islam.
Kejadian ini menggambarkan sikap kesabaran, keuletan, dan kekuatan hati Nabi Muhammad SAW. Baginda tidak putus asa walaupun lamarannya ditolak. Sebaliknya, Baginda terus berusaha untuk menegakkan kebenaran dan menyebarkan risalah Islam di tengah-tengah masyarakat yang pada masa itu banyak terpinggirkan dari ajaran yang benar.
Meskipun cinta pertama Baginda tidak berakhir dengan perkahwinan, namun hubungan tersebut membawa banyak hikmah dan pengajaran.
Baginda memperlihatkan kepada umatnya bahawa penolakan dan kegagalan adalah sebahagian daripada ujian kehidupan yang perlu dihadapi dengan sabar dan keteguhan hati.
Selain itu, cinta pertama Baginda juga mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya redha terhadap ketentuan Allah SWT dan bahwa segala yang terjadi adalah atas izin dan kehendak-Nya.
Jangan lupa langgani saluran Instagram, Facebook dan Telegram Murai.MY untuk berita hiburan terkini.